RS PELNI menerima penghargaan TOP IT & LEADERSHIP in itech 2017

Pada tanggal 31 oktober 2017 RS Pelni menerima penghargaan dari itech untuk kategori TOP IT 2017 dan TOP LEADER IN ICT LEADERSHIP 2017

“Ada kolaborasi antara bagian TI dengan pengguna, pemangku kepentingan, dan pemilik proses bisnis. Jadi, TI tidak bisa sendiri membangun sistem, tetapi harus melibatkan banyak pihak”

Ada cerita menarik dari implementasi sistemTI (teknologi informasi) di rumah Sakit Pelni (RS Pelni), Jakarta. Yakni, dalam tahap perancangan sampai impelementasi sistem TI, proses komunikasi timbal-balik berlangsung gencar.

Divisi TI banyak menghimpun masukan ataupun menyosialisasikan pentingnya sistem TI ke calon pengguna seperti dokter, perawat, bagian administrasi, bagian akuntansi, dan lain-lain. Nah, komunikasi dua arah itu menghasilkan sejumlah dampak nyata bagi operasional RS Pelni, yang tentunya bermanfaat bagi pihak lain seperti pasien dan keluarganya.

“Ada kolaborasi antara bagian TI dengan pengguna, pemangku kepentingan, dan pemilik proses bisnis. Jadi, TI tidak bisa sendiri membangun sistem, tetapi harus melibatkan banyak pihak,” kata Kepala Divisi Information Technology dan Pengadaan Rumah Sakit Pelni, Narkim Nurhakim.

Memang, untuk mengembangkan sistem TI, RS Pelni tidak kepalang tanggung. Bayangkan, kini IT governance sudah dipunyai oleh RS Pelni. Sejumlah dampak positif yang nyata pun telah dituai dari sistem TI tersebut. Apa sajakah?

Narkim menjelaskan bahwa, pertama, ada efiensi biaya seperti penggunaan kertas dan SDM. “Kualitas pelayanan ke pasien lebih cepat dan baik. Proses registrasi yang dulu sampai dua jam, kini bisa hanya dalam hitungan menit via Anjungan Pendaftaran Mandiri,” dia menjelaskan.

Selanjutnya, berkat penerapan sistem TI, keamanan data dan informasi menjadi lebih bagus. Pasalnya, kini semua itu menggunakan data elektronik, bukan hard copy yang bisa tercecer ke banyak tempat. Sistem TI di RS Pelni pun dikembangkan sendiri oleh tim internal, bukan menggunakan perangkat lunak keluaran vendor tertentu. Walhasil, sistem TI tersebut bisa diimplementasikan sesuai dengan keinginan para pengguna seperti dokter, perawat, akuntan, dan lain-lain. “Saat perancangan, sangat biasa bahwa ada perawat dan SDM bagian lain yang sering datang ke divisi IT. Tujuannya untuk bertanya ataupun memberi masukan terkait sistem TI yang akan dikembangkan,” Narkim menceritakan.

Karena dikembangkan secara internal dengan platform open source, sistem TI tersebut melahirkan efisiensi biaya pengadaan. Narkim berkata, “Kalau membeli perangkat lunak dari luar, bisa berbiaya Rp 5,8 miliar. Nah, anggaran tersebut tidak perlu dikeluarkan RS Pelni, bukan?”

Selanjutnya, RS Pelni punya road map pengembangan sistem TI. Dalam hal ini, di tahun 2017, proses TI-nisasi ke SDM ditargetkan selesai 100%. Adapun di tahun 2018, ada target bahwa RS Pelni menjadi suatu smart hospital. Dalam smart hospital tersebut, ada berbagai menu yang muncul. Semisal, sistem human resources (HR) di RS Pelni akan berbasis data elektronik. Juga, untuk tititik-titik layanan di rumah sakit itu, informasi yang dihadirkan bakal lebih cepat dan menarik. Dan selanjutnya, informasi seperti itu akan terhubung ke suatu knowledge management system.

Dengan semua itu, tidaklah heran ketika RS Pelni mendapatkan penghargaan Top IT Implementation on BUMN Hospital 2017, dalam ajang Top IT and Telco 2017 yang digelar oleh Majalah ITech, bukan?.

www.ITECH.id