Keterlambatan bicara (Speech delay) adalah salah satu gangguan perkembangan yang paling sering ditemui pada anak. Berdasarkan data RS kariadi semarang tahun 2007 didapatkan 100 anak mengalami keterlambatan bicara dari 436 anak yang diperiksa. Di RSCM pada tahun 2006 ditemukan 10.13% dari 1125 anak mengalami keterlambatan bicara. Perkembangan bicara dimulai dari menggumam-gumam pada usia 3 bulan, dilanjutkan dengan babbling, meniru suara, jargon, 1 suku kata, 2 suku kata dan akhirnya kalimat lengkap. Keterlambatan bicara perlu dideteksi sedini mungkin karena bila keterlambatannya sudah berat dan tidak tertangani dengan baik, akan mengganggu.
Tahapan perkembangan bicara pada anak adalah sebagai berikut:
- Usia 0-2 bulan bisa menangis
- Usia 3 bulan bisa menggumam dan tertawa
- Usia 6 bulan bisa babbling
- Usia 9 bulan bisa meniru suara
- Usia 12 bulan bisa mengucapkan kata-kata yang berarti
- Usia 18 bulan bisa mengucapkan setidaknya 6 suku kata yang berarti
- Usia 24 bulan bisa mengucapkan 2- 3 kalimat utuh
- Hipoksia perinatal (kekurangan oksigen saat lahir) adalah faktor resiko yang signifikan. Kekurangan oksigen saat lahir menyebabkan cidera pada otak hingga kematian sel saraf yang akan berhubungan dengan perkembangan neuromotorik.
- Gangguan perkembangan motorik kasar juga secara signifikan berpengaruh terhadap keterlambatan bicara. Anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik kasar biasanya disertai dengan keterlambatan bicara. Perkembangan motorik kasar yang baik akan memfasilitasi anak untuk belajar bicara lebih baik. Saat anak sudah mulai berjalan, dia akan mencari objek yang menarik lalu membawa ke orang dewasa dan menanyakan hal tersebut karena penasaran; dengan mengambil barang menggunakan tangan, anak juga akan lebih focus terhadap barang tersebut dan mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan benda tersebut.
- ASI eksklusif kurang dari 6 bulan juga beresiko menyebabkan keterlambatan bicara yang signifikan. Di dalam kandungan ASI ditemukan asam lemak omega 3 (DHA) dan omega 6 (AA) yang penting untuk pertumbuhan system saraf, sehingga ASI eksklusif selama 6 bulan
- Paparan terhadap gadget ataupun televisi > 2 jam secara signifikan berpengaruh terhadap keterlambatan bicara.
- Interaksi sosial juga berpenaruh terhadap keterlambatan bicara secara signifikan. Anak dengan interaksi social yang baik memiliki perkembangan bicara yang lebih baik dibanding anak yang interkasi sosialnya kurang.
- Jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan, tetapi keterlambatan bicara lebih banyak ditemukan pada laki-laki disbanding perempuan
- Usia kehamilan dan berat bayi lahir juga tidak berpengaruh secara signifikan
- berhubungan dengan perkembangan Bahasa dan nilai kognitif yang lebih tinggi.
- Tidak ada perbedaan signifikan antara pengurus anak, baik ibu kandung maupun babysitter
- Banyaknya sanak-saudara juga tidak berhubungan dengan keterlambatan bicara

Sumber:
- Tan S, Mangunatmadja I, Wiguna T. Risk factors for delayed speech in children aged 1-2 years. PI [Internet]. 8Feb.2019 [cited 28Oct.2022];59(2):55-2. Available from: https://www.paediatricaindonesiana.org/index.php/paediatrica-indonesiana/article/view/2039