
Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak dibicarakan sekaligus paling ditakuti oleh wanita. Karena banyaknya perhatian terhadap penyakit ini, sayangnya juga banyak beredar informasi yang salah atau mitos yang justru bisa membahayakan.
Misinformasi dapat membuat seseorang menyepelekan gejala, takut melakukan pemeriksaan, atau bahkan menunda pengobatan. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk bisa membedakan mana mitos dan mana fakta seputar kanker payudara.
Mari kita bedah beberapa mitos paling umum dan luruskan dengan fakta yang sebenarnya.
FAKTA: Ini adalah salah satu mitos yang paling banyak beredar. Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang menghubungkan penggunaan deodoran atau antiperspiran (termasuk yang mengandung aluminium atau paraben) dengan peningkatan risiko kanker payudara. Lembaga kesehatan besar seperti National Cancer Institute (NCI) di Amerika Serikat telah menyatakan bahwa penelitian yang ada tidak menemukan kaitan langsung antara bahan-bahan tersebut dan kanker payudara.
FAKTA: Riwayat keluarga memang salah satu faktor risiko, tetapi bukan satu-satunya. Faktanya, sebagian besar wanita (sekitar 85%) yang didiagnosis menderita kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini. Faktor risiko utama sebetulnya adalah menjadi seorang wanita dan bertambahnya usia. Mutasi genetik yang diturunkan (seperti BRCA1 dan BRCA2) hanya menyumbang sekitar 5-10% dari semua kasus kanker payudara.
FAKTA: Menemukan benjolan baru di payudara memang harus segera diwaspadai, tetapi jangan langsung panik. Mayoritas benjolan yang ditemukan di payudara (sekitar 8 dari 10 benjolan) bersifat jinak (non-kanker). Benjolan tersebut bisa jadi kista (kantung berisi cairan), fibroadenoma (tumor jinak), atau perubahan fibrokistik.
Meskipun begitu, Anda tidak boleh mengabaikannya. Setiap perubahan baru pada payudara, baik itu benjolan, perubahan kulit, keluarnya cairan dari puting, atau rasa nyeri yang tidak biasa, harus segera diperiksakan ke dokter.
FAKTA: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Sebuah studi besar pada tahun 2014 tidak menemukan adanya hubungan antara pemakaian bra (baik jenis, ukuran, atau durasi pemakaian) dengan risiko kanker payudara. Teori bahwa kawat pada bra dapat menghalangi aliran getah bening dan menyebabkan penumpukan racun tidak terbukti secara medis. Gunakan bra yang membuat Anda nyaman.
FAKTA: Ini adalah mitos yang berbahaya. Meskipun jauh lebih jarang terjadi dibandingkan pada wanita, pria juga bisa terkena kanker payudara. Pria memiliki jaringan payudara dalam jumlah kecil yang juga berisiko mengalami pertumbuhan sel kanker. Gejalanya serupa, seperti adanya benjolan di area dada atau puting, dan harus segera diperiksakan jika ditemukan.
Memisahkan mitos dari fakta adalah langkah krusial untuk kesehatan Anda. Informasi yang salah dapat menghalangi Anda melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau SADANIS (Periksa Payudara Klinis) secara rutin.
Padahal, deteksi dini adalah kunci utama keberhasilan pengobatan kanker payudara. Semakin cepat kanker terdeteksi, semakin tinggi peluang kesembuhannya. Jika Anda menemukan kelainan atau memiliki kekhawatiran terkait risiko, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional medis.
Fasilitas kesehatan terpadu seperti RS PELNI Jakarta memiliki tim dokter dan teknologi yang siap membantu Anda dalam proses skrining, diagnosis, dan penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Jangan biarkan rasa takut atau informasi yang salah menghentikan Anda untuk peduli pada kesehatan payudara Anda.
Punya kekhawatiran atau pertanyaan lebih lanjut seputar kesehatan payudara dan risiko kanker? Jangan mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang belum terverifikasi.
#KankerPayudara
, #MitosKanker
, #FaktaKanker
, #KesehatanWanita
, #DeteksiDini
, #RSPELNI
, #Onkologi
, #SADARI
Jl. Aipda Tubun Raya No.92-94, Slipi, Palmerah, Kota Adm. Jakarta Barat, Prov. DKI Jakarta
Call Center RS PELNI : (021) 5306901